top of page

(Boring) Diary [26]???

  • SH
  • Jul 4, 2015
  • 2 min read

Saya jadi teringat, ketika dokter Andri mengetahui kalau saya suka dokter Irene, kemudian dokter Andri bilang, "Owh, kamu suka yang tipe2 keibuan gitu ya?"

Saya juga jadi teringat, teman saya, Tiaz, ketika pernah mengatakan kepada saya, "Semoga kamu bisa mendapatkan istri keibuan ya, Fachri." Lalu saya aamiin-kan.

Hmm. Mungkin ada benarnya juga, saya memang senang tipe2 seperti keibuan, kalem, lemah lembut, yah, mungkin figur cocok yang kalau dibuat contoh nyata real, ya dokter Irene itu. Uda kecil, langsing, cantik, shiro (putih) natural tanpa make up make up an, kalem, lemah lembut, lucu lagi. Tinggal masuk Islam, pakai hijab syar'i, pakai cadar, wez, mari deh. Kemudian, saya tinggal datang baik2 ke ortu nya dokter, lalu nikah deh

Padahal, awal, saya memang mengincar onna (perempuan) dengan umur yang lebih muda dari saya. Jiji (ayah) saya pun mewanti2, kalau bisa, cari yang usia nya lebih muda dari saya, kalau secara psikologi, cari yang beda 3-4 tahun an. Jiji saya pun memberikan alasan, karena secara umur, yang onna akan lebih nurut dan taat kepada yang lebih tua (suami) sehingga tidak gampang membantah. Kalau dipikir2, umur lebih tua atau lebih muda, sebenarnya tidak masalah, namun masalah sikap dan mental. Ada juga umur muda tapi sudah dewasa, ada juga umur tua tapi seperti kodomo (anak2), ngambek an kalau gak dikasih main an seperti anak kecil.

Ini akan sangat berpengaruh ketika sudah menikah. Misal, mendapatkan istri yang suka bengak bengok seperti di hutan, gampang marah, mudah naik tensi nya, apa2 di depan suka dilempar, yah, uda dapat diprediksi, 2-3 tahun ke depan, uda gak tahan pasti kalau bermain di rumah terus. Akhirnya, suami lirak lirik ke onna lain di luar yang lebih kalem, santun, lembut, pandai masak, bisa mengajarkan anak menjadi sholeh dan sholehah. Gimana tidak, suami yang datang uda capek minta disambut istri, malah kena semprot pulang2. Uda banyak pikiran, berharap disambut dengan senyum manis dan secangkir kopi, malah kena corong (speaker) masjid. Sekali dua kali mungkin suami maklum. Tapi kalau terus2 an, ya pasti akhirnya bosan. Bahkan, kalau sama2 gak ada yang mau ngalah, bisa bubar itu rumah tangga nya. Yang paling parah, malah seperti di sinetron2, dibawa ke pengadilan atau kehakiman, minta cerai -_-

Walau umur bisa dijadikan referensi, tapi tidak bisa dijadikan patokan paten. Kalau misal ditawari nikah sama dokter Irene, saya mau banget malahan. Sikap keibuan, tinggal masuk Islam, hijab syar'i, pakai cadar, sudah deh. Tapi, kembali lagi, masalah jodoh, semua ada di tangan Alloh. Gak perlu risau dan galau. Semua akan indah ketika waktunya. Yang perlu digarisbawahi sekarang, kita tinggal memantaskan diri, berusaha untuk selalu menjadi lebih baik.

Sekian dulu curhat nya ^^

c.jpg

 
 
 

コメント


© Copyright 2015 by Sherlock Holmes

bottom of page