(Boring) Diary [29]???
- SH
- Jul 11, 2015
- 5 min read
Oh iya, baru ingat, kalau kemarin, hari Jum'at, saat saya sedang observasi pasien yang akan ekstraksi sisa akar gigi 36, di tengah2 observasi, saya tiba2 ditanyakan oleh kakak tingkat. "Dek, kamu HMI?" Saya bilang, "Gak." Ditanya lagi oleh kakak tingkat yang sama, "Kamu KAMMI?" Saya kembali jawab tegas, "Gak."
Awal mulanya, kakak tingkat, saya tidak tahu namanya, mungkin sebut saja X, memakai celana tidak isbal (di atas mata kaki), lalu seperti dikata2 in oleh teman2 kakak tingkat yang lain. "Kamu sekarang ikut aliran ini itu ini itu ini itu ya." Saya sempat noleh juga, soalnya lumayan heboh juga. Kemudian, saya agak cuek plus ngebiarin, sembari saya kembali melihat mbak Demitra yang sedang berkosentrasi berusaha mencabut sisa akar pasien nya. Kemudian, tanpa dinanya, saya ditanyain oleh kakak tingkat X ini deh.
Seperjalanan ke rumah, saya kemudian berpikir, kenapa saya yang ditanyakan? Apa karena saya kebetulan otoko (laki2) yang dekat dengan kakak tingkat berada saat itu? Atau memang saya mencolok, yang menunjukkan ke suatu aliran tertentu? Atau saya masuk dalam daftar DPO teroris? Dan seabrek pertanyaan lain?
Entahlah, saya pun tak tahu. Apa pun itu, yang penting, kesimpulan saya ==>
1. Saya tak tahu, apa alasan dan motivasi kakak tingkat X tersebut memakai celana tidak isbal (di atas mata kaki). Bagi saya, apa yang salah coba? Justru itu yang diajarkan oleh Rosul, itu sunnah. Kita kan gara2 mengikuti western, gaya barat, jadinya tradisi memakai celana di bawah mata kaki (isbal). Alhamdulillaah donk, kalau kakak tingkat X itu menggunakan celana tidak isbal. Justru harusnya dido'akan moga istiqomah. Kalau saya misal berada di posisi kakak tingkat X, maka saya akan senyum2 saja plus biarkan aja, sekalian dido'akan moga mereka dapat hidayah. Senyum sebagai tanda menghargai. Seperti kata Teuku Wisnu, si ganteng satu itu, yang sekarang dengan jenggot tebal nya, "Biarkan saja Mi, toh juga mereka belum mengerti sunnah nya jenggot." Kalau dalam konteks ini, maka biarkan saja, toh mereka juga belum mengerti sunnah nya celana tidak isbal. Mereka mau ngolok2, mencemooh, atau menertawakan sunnah nya Rosul, gak masalah, wong mereka belum mengerti kok. Senyum aja, sebagai tanda menghargai. Reaksi kakak tingkat X ketika diolok2, dijawab, "Iyo, saya sekarang ikut HMI kok, KAMMI kok, de el el." Kalau menurut saya, itu cuman "excuse" aja. Entah itu beneran apa tidak, tapi setahu saya, mereka2 yang golongan entah itu HMI, KAMMI, de el el, gak ada yang menggunakan celana tidak isbal. Alhamdulillaah jika kakak tingkat X itu ikut sunnah, diberi hidayah. Namun, jika bukan, wallohu a'lam, terlepas dari semua itu.
2. Saya menggunakan celana tidak isbal pun, ketika saya menggunakan sandal atau berada di tempat umum. Misal menggunakan sepatu, masih isbal. Dan kakak tingkat X itu berani menunjukkan kebenaran, kalau celana untuk otoko (laki2) itu sebenarnya tidak isbal. Berarti, kakak tingkat X itu, jauh lebih baik daripada saya. Kita tidak boleh melihat hanya dari permukaan atau cover nya saja. Yah, kita do'akan moga istiqomah aja kakak tingkat X itu. Jangan ciut motivasi hanya karena diolok2, dikata2 in, ditertawakan. Kalau mau kasar, mereka ya mereka, kita ya kita. Mereka masih belum mengerti sunnah, do'akan moga dapat hidayah. Toh juga pujian dan celaan dari manusia tidak akan menghalangi pujian dari rahmat nya Alloh. So, jangan takut dan jangan khawatir.
3. Saya bukan dan tidak sama sekali ikut organisasi2 berlabel Islam, seperti HMI, KAMMI, NU, Muhammadiyah, HTI, de el el nya, sebangsa dan sejenis. Karena, jika sudah masuk dalam organisasi berlabel Islam, maka di dalamnya pasti dan sangat pasti, politik main di situ. Yah, politik, sesuatu yang saya tidak tertarik di dalamnya, dan boleh dikatakan saya gak terlalu suka. Kalau sudah membicarakan politik, akhirnya ujung2 nya, ada permainan, taqiyah, dan uang lagi deh. Corrupt lagi deh. Kalau misal ada yang tanya, saya tidak ikut organisasi Islam apa2, namun saya sunnah, 1001% sunnah. Sunnah merupakan jalan yang ditempuh Rosul, sebuah metode/cara, bukan sebuah perkumpulan atau organisasi, yang mana pengambilan sumber berasal dari Al-Qur'an dan as-Sunnah. Jika sudah berbicara sunnah, maka bahasan nya sebenarnya sangat panjang. Saya sendiri, alhamdulillaah, mengenal sunnah semenjak kecil. Kalau di flash back lagi, wuih, waktu itu, ibu saya uda mencak2 gak karuan dah, dikatain kalau saya teroris lah, apa lah, de el el. Bahkan, baju gamis saya waktu itu disita, dan saya nangis sejadi2 nya di kolong kasur waktu itu. Masih ingat saya. Namanya juga perjuangan. Haha (Ibu), menurut saya, masih terlalu mengikuti arus di rumah sakit, takut kena cibiran dan sindiran orang2, bahkan penyebar gosip yang entah gak jelas juntrungan nya. Yah, sekarang alhamdulillaah tinggal di Malang, jauh dari ortu, jadinya sekarang bebas dan benar2 bisa mendalami sunnah lebih baik. Dulu jiji (ayah) juga ikut menentang, tapi gak sebrutal haha (Ibu). Tapi sekarang, lihat celana saya tidak isbal ketika reuni an, jiji ya diam2 aja. Adem sunyi senyap. Gak nanya aneh2 kayak dulu. Mungkin jiji uda berpikir seperti ini, "Karep mu lah nak, toh kamu juga uda dewasa, bisa mengambil mana yang terbaik bagi kamu. Asal kamu gak ikut teroris2 an, ayah mengizinkan mu. Ayah cuman bisa menasihati dan membimbing, keputusan mutlak tetap ada di tangan mu, nak."
Harapan saya, semoga istri saya pun orang sunnah. Duh, kalau ingat istri, mesti, bawaan nya ingat Dokter Ireneee melulu. Dokter Ireneeeeeeeee :* :* :* <3
Dokter Irene, lagi2 saya tidak bosan2 untuk mewanti2 dokter, untuk ndang nikah sama saja aja gih. Ketika melihat dokter Irene, selalu image yang tergambar, hanya adem, sejuk, tenang. Saya serius tidak akan lirak lirik ke onna (perempuan) yang lain. Dokter Irene itu uda kecil, langsing, cantik, shiro (putih) natural tanpa make up make up an, kalem, lemah lembut, lucu lagi. Tinggal masuk Islam, pakai hijab syar'i, pakai cadar, wez, mari deh. Ntar tiap hari saya minta tolong dokter Irene untuk cosplay. Soalnya dokter Irene sangat cocok sekali, pas dan ideal banget untuk cosplay. Modal face dan bawa badan, uda sangat memenuhi kriteria sekali. Hhe. Kemudian, saya tinggal datang baik2 ke ortu nya dokter, lalu nikah deh.
Jika ditambah lagi suka anim plus manga, tuambah makin wajib jib jib dinikahi. Apalagi ditambah sunnah. Wez wez wez, jadi rebutan malahan :3
Oh iya, seperti biasa, hari ini, berbuka di masjid Al-Umm, masjid sunnah, yang penuh dengan lingkungan sunnah pula. Di mana saya benar2 merasa tenang, adem, sejuk, di mana lingkungan yang onna (perempuan) nya hampir semua bercadar, rata2 otoko (laki2) pada berjenggot lebat, mencukur kumis habis, celana tidak isbal (di atas mata kaki), dan yang paling penting, makanan berbuka nya, nasi kotak yang memang standard menengah ke atas.
Ketika mau sholat maghrib berjama'ah, saya melihat, otoko (laki2) yang biasanya mengimami sholat, dengan bacaan qiro'ah Al-Qur'an nya yang merdu dan bagus banget, memakai qiro'ah Muhammad Toha Al-Junayd. Subhanalloh, kalau diingat2 lagi, merdu puol dah. Perawakannnya kecil, tapi lumayan tinggi, muka nya bersih, shiro (putih), shiro nya natural lhoh ya. Sengaja saya dempetin ketika maju untuk merapatkan shof, biar saya berdampingan. Eh, alhamdulillaah, saya berdampingan juga. Saya senyum2 sendiri dalam hati, yay~. Semoga aja bisa tertular, bacaan bagus qiro'ah nya. Plus juga, seperti nya hafal 30 juz. Kalau mengimami, pasti tiap tarawih, dihabiskan 1 juz kok dalam 8 roka'at itu, sehingga tarawih nya hampir tiap hari selesai pukul 21.30. Merdu, hafal 30 juz. Wew~ :3
Sekian dulu curhat nya ^^

Comentários