(Boring) Diary [34]???
- SH
- Jul 22, 2015
- 6 min read
Kemarin mengantarkan jiji (ayah) ke terminal Arjosari, untuk naik bis ke Bandara Juanda Surabaya, untuk pulang balik ke Tarakan, Kal-Tim. Gomen (maaf), kemarin2 saya tidak update disebabkan saya berada di rumah nenek di Kabupaten Malang Ngebruk, Sumber Pucung, nginap di sana karena silaturohim ke saudara2 nenek. Sekalian makan gratis di sana. Hhe
Dalam silaturohim ke rumah saudara2 nenek, entah ke kerabat dekat atau jauh, entah ke tetangga2 satu RT atau beda RT, ada banyak sekali pengalaman dan cerita yang saya dapatkan. Walaupun kebanyakan percakapan mereka menggunakan bahasa Jawa yang hampir saya tidak mengerti, namun sebagian besar bisa saya tangkap. Kadang misal habis dari satu rumah X, mau ke rumah Y, selama perjalanan, saya nanya2 ke Bule saya tadi cerita apa aja, nanya2 mengkonfirmasi apakah yang saya tangkap benar sesuai dugaan atau tidak.
Ada keluarga yang cerita, kalau ia sebagai anak belum pernah melihat ibu nya. Ia, katakanlah A, selalu mencari tahu informasi mengenai ibu nya, tapi malah ibu nya bahkan saudaranya sendiri bilang, kalau si A ini yang menyebabkan ibu nya masuk rumah sakit, sehingga tidak perlu lagi nelepon2 dan nanya2 mengenai keadaan ibu nya. Akhirnya, nomor lama ibu nya dihapus, pindah ke nomor baru. Si A ini gak pernah menyerah, tetap tanya sana sini, walau uda dicaci-maki dan dikata-kata in. Bahkan, selama 20 tahun, belum pernah ketemu ibu nya. Ketemu ibu nya itu pun pas masih kecil, yang gak ingat sama sekali wajah ibu nya sudah an. Setiap nelepon cari tahu kabar ibunya, pasti dilempar sana sini mencari kambing hitam. Sampai sekarang, uda nikah pun, sampai punya anak pun, tetap belum bisa berkontak dengan ibu nya. Cerita yang menyakitkan
Belum lagi ada nenek2, sebut saja B, cerita kalau anak nya ini bandel nya minta ampun. Nakal, plus suka minum2 an alkohol. Pernah anak si nenek B ini, minta uang di kalimantan sana, sebesar 18 juta. Gak dikasih ama nenek B, karena memang gak ada uang segitu. Dapat dari mana uang segitu? Akhirnya beberapa bulan kemudian, anak nya minta lagi tapi turun jadi 10 jt, gak dikasih lagi. Turun lagi jadi 8 juta, gak dikasih juga. Minta lagi 5 jt, gak dikasih lagi. Terakhir, minta 2 juta, namanya juga seorang ibu walau uda nenek, akhirnya kasihan, melas juga anaknya. Akhirnya sawah satu2 nya disewakan untuk dapat uang 2 jt, katanya sih untuk biaya apa gitu, gak ngerti juga. Eh, tahu2 pulang dengan tangan hampa, tanpa ada duit sepersen pun dari hasil di Kalimantan. Keadaan nya sekarang, berada di Sulawesi, untuk merantau lagi. Terakhir kali, minta uang lagi untuk nikah (kata anaknya), tapi gak dikasih sama nenek B. Ckckck. Tobat o nakk, nakk. Insaf o ta lah -_-
Belum lagi ada seorang bapak2, sebut saja Bapak C, seorang pengusaha sukses, yang punya bisnis jahit-menjahit, bahkan sudah besar, sampai disetor di mal2 di seluruh Indonesia, kebanyakan di Jekardah sana. Sampai sekarang, uda ada 25 penjahit, total nya. Tiap satu piece pasang jaket atau baju, dihargai rata2 40 rb. Misal yang pesan uda 100 piece, tinggal dikalikan aja. Dan bapak C ini punya sistem, seminggu jadi 100 piece, bisa dijamin. Dan bahkan, bapak C ini menuntut perfeksionis. Kadang, kalau hasil nya jelek dikit aja, disuruh ngulang. Bapak C ini pun menawarkan ke saya, kalau misal ada apa2, tinggal bilang aja, ntar dibikinkan atau dibuatkan, gratis, free ongkir. Hhaha. Makasih banyak, bapak C. Moga2 saya bisa menyusul seperti Bapak. Ingin nya sih, nanti kalau uda menikah, pingin punya apartemen yang bisa disewakan gitu, dan juga saya dengan istri hidup di apartemen, yang ada kolam renang nya. Waahh, bayangkan aja uda enak. Eit, eit, tapi jangan lupa, tetap sederhana dan selalu membantu orang2 yang membutuhkan di sekitar donk :3
Belum lagi ada kakek2, sebut saja kakek D, punya tetangga yang cacat sejak lahir. Saya tak tahu apa nama dan jenis ke cacat an nya, tapi yang jelas, sepertinya berhubungan dengan craniofacial, soalnya giginya uda habis semua, sehingga untuk ngomong pun susah dan belepotan. Parahnya lagi, tetangga cacat ini selalu mengunjungi rumah kakek D ini, dan kakek D ini selalu mempersilahkan nya dengan senyuman. Ma syaa Alloh :3
Belum lagi ke rumah ibu2 yang pernah ngerawat saya semasa kecil, sebut saja ibu E. Ibu E ini cerita panjang lebar mengenai saya sewaktu kecil, kalau dulu sewaktu kecil saya ini pendiam, silent. Hhaha. Makasih banyak, ibu E. Sifat personality dan characteristic asli saya kan, memang dari dulu pendiam, silent. Masih ingat saya awal2 masuk kuliah. Yah, pendiam gitu, kurang suka bersosialisasi, silent. Karena ada suatu hal, saya lebih ceria aja akhir2 semester ini. Gak masalah lah. Saya gak pernah regret melakukan sesuatu kebaikan apa pun. Tapi saya akan regret, melakukan suatu hal keburukan dan itu ditujukan bukan kepada orang yang tepat. Uda kayak quote nya Yukinon aja. Kveren dan cool kan. Hhe :3
Belum lagi yang lain2. Sepertinya kalau disebutkan satu per satu di sini gak akan cukup waktunya. Saya yang ngetik sudah mulai capek juga. Hhe. Sampai di sini dulu ya, cerita silaturohmi nya
Btw, saya akan pindah cerita ke hal yang lain. Kemarin kan saya ngantar jiji ke Terminal Arjosari seperti yang uda saya mention di atas. Nah, selama perjalanan ke Terminal, jiji banyak sekali memberikan wejangan ke saya, plus ngasih saya sangu 200k. Alhamdulillaah, patut disyukuri. Jangan melihat kecil nya besar nominal, namun lihat betapa ringan nya jiji memberikan sangu itu
Saya diberitahu jiji banyak hal sih, antara lain kalau bisa rajin2 untuk membersihkan rumah, rumah uda seperti hutan dan kebun binatang aja. Tiap orang sampai akhir hayat selalu belajar dan belajar, belajar tidak hanya dari pelajaran buku, tapi dari keadaan realita dan sosialita. Bukan ini tapi yang akan saya bahas panjang lebar, tapi mengenai jodoh. Kyaaaaa. Ini yang ditunggu2
Jiji menanyakan kembali onna (perempuan) yang saya suka. Jiji nanya, kok gak silaturohmi ke rumah dia? Saya cuman jawab senyum simpul aja, sambil bilang "hhe". Yah, mau gimana, silaturohmi pun, uda gak ada motivasi lagi sih, semenjak mengetahui kepastian kalau ia masih berhubungan dan berkontak dengan koibito (boyfriend) di masa SMA nya. Saya aslinya uda tahu jauh2 hari kalau semenjak SMA ia sudah ada, tapi yang saya masih penasaran, apakah masih tetap berkontak dan apakah saya masih punya chance. Setelah bertanya2 ketika saya berada di Tulung Agung, ternyata semuanya sudah jelas dan terjawab, kalau saya dari awal tidak punya chance sama sekali. Hhaha, pahit memang, but it's fine. Lagian, kalau dipikir, memang iya sih. Saya nya aja yang "baka" terlalu berharap lebih. Makanya, saya sekarang lebih baik pasif aja, plus uda gak ada motivasi lagi. Let it flow.
Oke. Masalah ini kita kesamping kan dulu. Mari kita simak apa pesan jiji ke saya. Pesan jiji, misal saya belum fix dapet onna, lebih baik cari yang beda umur 5-10 tahun, maksudnya 5-10 thun lebih muda dari saya. Secara psikologi, jelas akan lebih menghargai dan lebih manut ketimbang umurnya sama bahkan lebih tua. Bahkan, jiji meng quote dari Mario Teguh, "Perkawinan itu adalah banyak persamaan nya atau salah satu rela untuk menyamakan". Jadi, misal banyak beda nya, plus sama2 merasa berkuasa, yakinlah 2-3 tahun pasti akan nuntut cerai karena rumah tangga yang tidak harmonis.
Kemudian, kenalilah keluarga nya, bagaimana bibit bebet dan bobot nya, jangan asal milih kucing dalam karung. Kalau dalam masalah face (wajah), masalah kecantikan, tiap orang kan persepsi nya beda2. Bisa jadi menurut jiji biasa aja, tapi menurut saya cantik. Toh juga kalau pun cantik, kalau uda nikah nanti, lama2 akan jadi biasa juga. Tapi jangan jelek2 juga, karena kalau jelek, malah gak betah di rumah, pingin nya "main" terus aja di luar rumah.
Kemudian, carilah yang bagus agama nya. Tapi, onna zaman sekarang, susah banget dilihat dari luar agama nya. Kata jiji, banyak banget onna sekarang yang pakai kerudung (bukan hijab), uda ketat, diuntel2 kayak unta gitu, plus pola dan tingkah nya gak karu2 an. Sulit emank.
Yang terakhir, cari tahu siapa dia sebenarnya, dengan pendekatan 1-2 tahun lah. Sekali lagi, jiji mengingatkan, jangan beli kucing dalam karung, gak ngerti apa2. Karena bisa risiko, kalau uda nikah, gak bakal bisa dibalikin lagi, harus siap menanggung risiko apa pun itu.
Itu lah semua pesan jiji kepada saya. Saya sangat bersemangat sekali ketika mendengarkan, dan beberapa kali mengangguk-angguk tanda setuju. Sudah saya ingat2 kok pesan jiji. Hhe
Yah, nanti di postingan berikutnya, kalau ada waktu, ntar saya posting deh, beberapa kriteria onna yang saya sukai dan saya cari.
sekian dulu curhat nya ^^

Comments