top of page

Tokyo Medical and Dental University (TMDU)

  • SH
  • Aug 31, 2015
  • 7 min read

Alhamdulillaah Masih diberikan keluangan waktu untuk menulis kembali. Kali ini, saya akan berfokus pada Tokyo Medical and Dental University. Saya akan mengupas detail, hasil wawancara dengan International Officer TMDU, Honda-san. Beliau itu lucu, ramah, santun, sopan, murah senyum, penjelasan nya detail, enak, welcome banget ketika tahu kalau saya bisa bahasa Nippon sehingga kadang kalau dicampur jadi mudah dimengerti.

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa TMDU merupakan Universitas Milik Pemerintah (Negeri), bukan swasta. Saya juga baru tahu aslinya, bahwa Tokyo Dental College itu Universitas Private. Dan, TMDU menduduki peringkat ke-6 di seluruh dunia (over the world) dan peringkat pertama (first rank) di Nippon sendiri dalam hal Dental University. Kakkoi (cool) bukan? Hhe

Baik, langsung aja ya. Saya bahas per poin aja biar mudah diikuti alur nya ==>

1. Cara masuk TMDU itu gimana sih? Caranya, gampang. Aslinya, kita tinggal mengontak atau menghubungi para profesor yang ada di TMDU. Prof itu pun dibagi berdasarkan spesialty (cabang ilmu) yang mau diambil, seperti Oral Pathology, Oral and Maxillofacial Surgery, Forensic Dentistry, de el el. Masing2 dari sub bagian itu ada prof nya sendiri2. Nah, para prof itu kita hubungi beliau2 melalui email. Isi emailnya, ya standard sih memang, seperti introduction, past back history singkat mulai dari awal sampai akhir, ipk berapa, sampai terakhir, ingin meminta izin untuk bisa belajar di TMDU di bawah bimbingan beliau2, para prof tadi itu. Nanti, dari prof nya, akan menentukan, kita bisa masuk atau tidak, tentu di bawah bimbingan beliau. Jika positif, tinggal berangkat deh, ngatur segala macam hal mengenai keberangkatan kerjasama dengan kedubes Nippon di Jekardah.

2. Lalu, kalau sudah positif diterima, tinggal berangkat donk? Uangnya kita sendiri? Yupz, tinggal berangkat aja. Uangnya, pakai pribadi donk. Hidup di sana pribadi, bayar apartemen sendiri, de el el. Nah, oleh karena itu, disarankan di samping itu, kita juga mencari beasiswa (scholarship). Beasiswa yang sangat direkomendasikan oleh mereka, adalah monbugakusho (monbu). Sudah merupakan hal yang umum memang, monbu terkenal jika kita memang ada niatan ingin lanjut sekolah di Nippon. Pun selain itu, pilihan LPDP pun bisa dipakai. Tapi, memang dari awal saya sudah memutuskan, antara LPDP dan monbu, mana yang lebih baik, saya akan tetap milih monbu, dan sekarang terbukti, dari pihak sana nya pun lebih menyarankan monbu. Mengapa? Pertama, monbu itu resmi, legal, kucuran dana langsung dari kedubes. Kedua, biaya de el el sudah diatur dan ada pembagian nya masing2, walau jika dibandingkan dengan LPDP, jauh lebih besar LPDP ketimbang monbu. Monbu tidak menanggung biaya hidup istri, anak (kalau punya). Yang ditanggung hanya yang sekolah saja. Selebihnya, biaya pribadi. Kalau LPDP, ditanggung semua, mulai dari istri, penginapan berupa apartemen, anak banyak pun ditanggung. Tapi, saya akan tetap memilih monbu. Jika tes monbu lolos, maka modal kita hanya persiapan mental aja, memperlancar bahasa Nippon, harus siap disiplin tinggi dan mulai membiasakan akan kehidupan teratur nya orang Nippon, de el el, karena tiket lolos TMDU uda dipegang. Prof di sana setuju, beasiswa monbu pun dapat. Ya sudah. Tinggal duduk di pesawat dengan khidmat sambil mengheningkan cipta, tiba2 uda sampai aja di bandara Narita, Tokyo. Hhe

3. Kemudian, kalau sudah sampai sana, bisa ambil part time gak? Nah, point ini yang cukup dan lumayan bikin penasaran, begitu pun saya. Kita semua sudah mengetahui, bahwa Tokyo itu adalah pusat dari segala yang ada di Nippon. Biaya hidup, jangan tanya deh. Pesan coffee latte di Nippon, di sebuah maid cafe misal, harga uda 35an ribu lho, sampai 40rb. Jadi, jangan heran memang. Biaya apartemen yang memang benar2 wow. Kehidupan disiplin tinggi. Siapa yang tidak kuat akan kuatnya arus kehidupan teratur dan disiplin nya orang Nippon, maka perlahan2 akan tergerus dan tenggelam di sebuah lautan mediterania, samudra hindia. Tidak akan bisa bertahan hidup. Ketika saya menanyakan apakah bisa ambil part time, jawab Honda-san, blas tidak akan bisa dan sempat. Mengapa? Karena kehidupan perkuliahan uda sangat sibuk dan padat banget. Kita semua pun tahu, bahwa di Nippon ada Natsu Yasumi (Summer Vacation). Natsu Yasumi adalah libur nasional nya orang Nippon, baik itu tk, sd, smp, sma, universitas, 3 bulan libur full. Sebagai gantinya, diganti menjadi PR (homework). Nah, di TMDU, selain diberikan homework, juga ada berbagai acara, baik itu internasional, nasional, atau lokal. Dengan sebegitu padatnya jadwal, gak akan mungkin untuk ambil part time. Karena memang jurusan nya uda beda. Kita berbasic ke arah medical, khususnya dentistry. Mungkin sedangkan yang lain, misal masih masa SMA, atau di universitas yang gak terlalu padat, maka masih bisa mengambil part time, untuk menambah uang saku, sehingga bisa memenuhi standard goal biaya yang sangat tinggi di Tokyo. Alhamdulillaah, Mashiro onee-chan, salah satu mahasiswa TMDU yang berasal dari Indo juga, memberitahu bahwa aslinya uang yang diberikan oleh pihak kedubes melalui monbu, itu sudah lebih dari cukup. Caranya gimana? Pertama, beli o-bento atau makanan2 di supermarket menjelang off/peak time, 2 jam sebelum jam 00.00 dini hari. Karena seperti yang sudah kita ketahui bersama, Nippon itu sangat anti banget dengan bahan pengawet. Oleh karenanya, makanan yang dijual di supermarket, hanya bertahan sehari aja. Selepas itu, dibuang deh. Nah, jika masih ada sisa makanan, maka sebelum jam 00.00 dini hari, akan ada diskon besar2 an, sampai 90% lho dari harga normal. Yang uda lihat anime Bento!, pasti ngerti kok. Hhe. Kedua, dengan cara beli bahan2 baik itu sayur, lauk, de el el di supermarket, lalu bawa ke apartemen, simpan di kulkas, masak sendiri. Mashiro onee-chan hampir tiap hari masak dan hampir gak pernah beli di luar. Kedua trik itu merupakan salah satu jalan penghematan. Dengan berhemat, maka kita bisa menggunakan uang sisanya untuk jalan2, hang out bersama teman Nippon yang lain mengunjungi perfektur2 yang lain, seperti Akihabara (Akiba), de el el.

4. Di sana itu ngambil apa? Di TMDU, kita langsung ambil S3, berupa gelar Ph.D. Mengapa langsung S3, kok gak S2 dulu? Karena kebijakan pemerintah Nippon memang seperti itu. Jadi, kalau di sana, misal kita di sini sudah dapat S1, maka di sana sudah dianggap S2. Belajar medical dan dental, wajib memenuhi target 6 tahun. Jika sudah 6 tahun, gelar apa pun yang anda dapat, maka sudah setara dengan gelar S2 nya Nippon. Tinggal ambil S3 nya aja, berupa Ph.D. Misal ngambil nurse (keperawatan), maka masa belajar cuman 4 tahun, sehingga masih ada sisa 2 tahun kalau melihat kesesuaian kebijakan di Nippon. Maka waktu 2 tahun itu ambil S2, tidak bisa S3, karena memang belum memenuhi target selama 6 tahun masa belajar nya. Lalu, kita selanjutnya tinggal memilih spesialty (kekhususan atau sub bidang) dari medical atau dentistry itu sendiri.

5. Terus, kita gak bisa jalan2 donk? Katanya gak ada waktu? Jalan2, tentu bisa donk. Tinggal curi2 kesempatan aja di sela2 abisnya kuliah. Kenapa part time gak bisa, karena memang part time kan sistem dari awal kontrak per bulan, walau gaji nya dapat per jam. Jadi, gaji (pendapatan) kalau kita ambil part time di Nippon, dibayar per jam, bukan per bulan, kontrak nya yang per bulan. Misal kita semakin rajin, maka semakin banyak juga pendapatan. Part time nya itu pun sudah ada jam2 tersendiri kalau mau register. Misal tiba2 ada tambahan pelajaran di kampus, misal nge lab, atau ngapain, maka kita gak akan bisa masuk sehari. Itu masih mending. Misal berhari2, berkali2, maka manager dari toko yang kita ambil part time nya pun mulai pikir 2x, dan mungkin akan lebih menyarankan kita untuk tidak ambil part time. Sedangkan kalau jalan2 kan, tidak terikat waktu. Mau kapan pun, asal ada waktu senggang, langsung deh berangkat.

6. Kira2 apa aja sih yang di test ketika kita ikut monbu? Nah, di dalam monbu, ketika kita mau ambil sekolah post-graduate, maka test nya hanya ada 2 aja, test bahasa Inggris dan Nippon. Sedangkan, untuk under-graduate, maka test nya cukup dan lumayan banyak, tidak hanya test bahasa Inggris dan Nippon saja, namun masih ada test kimia, fisika, matematika, de el el, sedangkan kita tahu, kurikulum Nippon dengan sini sangat berbeda jauh level nya. Kasaran nya, S1 nya sini, maka D3 nya sana. lol. Oleh karena itu, sudah menjadi rahasia umum, mereka2 yang ingin sekolah S1 di Nippon, yang lolos dari monbu dari negara Indo kan jumlah nya sedikit, karena memang sulit banget untuk nembus nya. Sedangkan, untuk ambil S2 dan S3, lumayan mudah, hanya ada 2 test saja. Ketika saya tanyakan, bahwa ada anggapan masyarakat di Indo, jika nilai test bahasa Nippon nya dapat perfect misalkan (100 points), sedangkan bahasa Inggris nya di bawah standard, misal kkm nya 75, cuman dapat 60 atau 50, maka justru itu anggapan yang salah. Tetap aja gak lolos. Mereka mengklarifikasi, bahwa di sana dalam pembelajaran, tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari2. Namun di luar pembelajaran, tentu bebas menggunakan bahasa apa aja, termasuk bahasa Nippon. Hanya dalam pembelajaran formal saja yang menggunakan bahasa Inggris. Nah, jika bahasa Inggrisnya saja tidak mencapai standard, gimana akan paham dan mudah menangkap setiap pembelajaran? Oleh karena itu, tetap test bahasa Inggris yang akan jadi acuan. Ntah nanti bahasa Nippon nya lancar apa tidak, tetap akan ada pelatihan khusus bahasa Nippon sendiri sebelum berangkat ke sana, ada karantina nya tersendiri, biar tidak kagok dan kaget ketika sudah sampai di Tokyo

Bismillaah. Link, relasi, semua sudah tersedia. Tinggal saya nya yang mau, ada niatan apa tidak. Semua sudah dibukakan jalan nya oleh Alloh. Kurang apa lagi? Kurang do'a nya nich. Hhe

Kalau dari ortu, terutama haha (ibu), aslinya gak ngelarang sih. Justru malah tergantung ke saya. Misal abis co-ass ini, saya misal mau lanjut spesialis ya monggo, mau lanjut kuliah di LN ya monggo. Yang penting kata haha, cepet lulus kuliah, cepet gantikan praktek haha juga yang di Tarakan sana. Kasihan juga aslinya saya kalau lihat haha. Uda pagi2 harus kerja di rumah sakit sebagai dokter gigi funtional, sore nya sampai malam jam 12.00 malam, buka praktek sendiri lagi, hanya untuk memberikan dan membiayai saya, sesuap nasi. Oleh karenanya, saya tidak akan menyia-nyia kan perjuangan haha setengah mati banting tulang, tidak boleh urak an, harus merawat segala pemberian dari haha, de el el. Apalagi saya merupakan anak pertama, di mana diharapkan anak pertama bisa menjadi anak teladan, percontohan bagi adik2 nya yang di bawah, sehingga harapan nya ada acuan standard nya. Saya pun sebagai onii-chan (kakak laki2), tetap mempunyai tanggung jawab dan beban ketika ditinggal haha dan jiji (ayah) nantinya ketika sudah tiada, untuk bisa me manage dan mengurus, meng handle adik2.

Selamat bertemu di Tokyo, Nippon sana ya. Semoga ketika berangkat ke Tokyo, saya sudah mempunyai istri tercinta. Atau kalau pun belum, yah, sekalian cari yang asli Nippon juga deh, sekaligus memperbaiki keturunan, biar anak2 nya nanti bisa ikutan shiro (putih) natural. Hhe

Sekian dulu ya curhat nya ^^

 
 
 

コメント


© Copyright 2015 by Sherlock Holmes

bottom of page