(Boring) Diary [49]???
- SH
- Sep 8, 2015
- 4 min read
Alhamdulillaah Hari ini, Komandan minta tolong untuk balikkan laptop yang telah saya pinjam dikarenakan Komandan membutuhkan nya. Alhasil, sorenya, saya langsung mengembalikan laptop ke Komandan sambil tak lupa mengucapkan banyak terima kasih, terima kasih atas kebaikan hati yang mau meminjamkan laptop, yang mungkin kadang diri sendiri masih butuh, sehingga saya update dengan mendatangi warnet. Hhe Ada kejadian cukup menarik hari ini. Jadwal hari ini, adalah survei menuju tempat lokasi, di mana kami satu kelompok akan memberikan kuisioner sambil wawancara untuk mendapatkan data mengenai akar penyebab masalah diare pada rt 3a desa parangargo kecamatan wagir. Dari 4 orang (aslinya 5 orang, namun Ishigami ada jadwal ortho), dipecah menjadi 2 kelompok. Maz Akbar dengan maz Anom (maz pembimbing baik hati dari pustu desa parangargo), dan saya, Ishigami dan Shiori. Tibalah kami pada suatu rumah yang hanya terlihat seorang nenek tua yang sudah berumur. Nenek tersebut sedikit berteriak bilang kepada kami, "monggo, pinarak, di rumah gak ada siapa2, cuman ada saya aja." Akhirnya kami bertiga masuk dengan terlebih dahulu izin kepada nenek tersebut. Ketika kami ingin sungkem, ternyata beliau menolak dikarenakan tangan kanan beliau kotor habis memakan sesuatu. Lalu kami masuk rumah beliau. Setelah masuk, kami utarakan maksud kedatangan kami ke rumah beliau. Kemudian, beliau mengizinkan dengan senang hati, sambil memberitahu, di rumah tidak ada siapa2, cuman ada beliau, anak2 beliau semua sudah besar2 dan gak tinggal bersama beliau, jadi beliau hidup sendirian di rumah. Anak beliau 6, cucu beliau 7. Ada yang di kacuk, ada yang di Batu, de el el. Anak2 beliau setiap seminggu sekali akan berkunjung ke beliau untuk silaturohmi sekalian melihat keadaan beliau, sehat apa sakit. Ketika kami menanyakan umur beliau yang 90 tahun an, beliau akhirnya mulai bercerita, bahwa beliau itu hidup di zaman penjajahan. Beliau hidup susah, mau makan aja gak bisa. Beliau berjuang mati2 an demi bisa makan, dengan cara ngumpet jika ada kompeni datang, dan menyembunyikan makanan di kolong bawah agar tidak ketahuan kompeni, karena semua bahan makanan akan diangkut ke negeri asal. Beliau bercerita, bahwa dulu ada 2 organisasi besar, NU dan BTI. Orang NU dulu jumlah orangnya hanya sedikit, sekitar 17 an saja, sehingga pernah suatu hari ditantang oleh orang BTI. Beliau berani2 saja, ketika hari H, entah gimana caranya, beliau selamat. Beliau pun bertutur, untuk kehidupan sekarang, beliau hanya bisa banyak2 berdo'a, terutama di malam hari. Sekitar jam 00.00 dini hari, beliau sholat hajat. Dilanjut jam 1 atau jam 2 malam, sholat tahajud, memperpanjang do'a. Beliau selalu tak henti2 nya menasihatkan kepada kami, ingat mati, ingat sholat, ingat amal, karena ketika kelak di alam kubur ditanyakan "man robbuka?" dan tidak dapat menjawab, maka akan disiksa. Beliau selalu menangis di atas sejadah, bersyukur atas segala karunia dan nikmat-Nya yang telah diberikan Alloh kepada beliau sehingga beliau bisa hidup hingga detik ini, ditambah dengan memanjatkan beberapa do'a kepada anak dan cucu beliau agar selalu sehat, dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, mendapat jodoh yang terbaik dan sesuai. Oleh karena itu, selalu beliau ulang2, bahwa beliau akan ngguyu orang2 zaman sekarang, terutama kita2, para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu, jika banyak ngeluhnya, benyak ngeluh kemudian pasang stat di sosmed mana2, padahal kata beliau, keluhan kita itu asli gak ada apa2 dibandingkan dengan zaman beliau dulu. Betapa menakutkan nya ketika ada derap kaki langkah kompeni datang. Betapa sulitnya hanya mau makan sesuap nasi saja. Betapa banyak ancaman akan dibunuh oleh segerombolan yang alhamdulillaah masih Alloh tolong sehingga beliau masih hidup sehat hingga sekarang Aslinya beliau sangat sangat sangat banyak sekali bercerita kisah perjuangan hidup beliau dulu, namun kebanyakan beliau memakai bahasa Jawa, sehingga hanya beberapa dan sebagian besar saja yang saya tangkap, tidak seluruhnya. Sebagai penutup, beliau mendo'akan kami, agar kami segera mendapatkan jodoh, panjang umur, luas rezeki nya, dan tak lupa mengingatkan, selalu memperbanyak amal untuk bekal di akhirat kelak, karena dunia ini aslinya hanya tempat singgah dan transit saja, bukan tujuan utama Setelah sekitar satu jam beliau memberikan wejangan, akhirnya kami pamit diakhiri dengan sungkem. Terima kasih banyak nek, atas semua ilmu yang telah diberikan. In sha Alloh akan selalu kami ingat dan laksanakan. Semoga nenek juga sehat terus ya.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sepenggal kisah dari beliau. Yang pada intinya, janganlah kita banyak mengeluhkan sesuatu hal2 yang sepele. Tentu perjuangan kita masih belum seberapa dari perjuangan orang tua kita, yang setengah mati banting tulang untuk membiayai hidup kita. Tentu tak cuman kita yang diurus, masih harus melunasi tagihan rekening, air, listrik, pdam, belum lagi kalau ada servant (pembantu), de el el. Kita pun akan merasakan susah jerih payah tersebut ketika kita sudah berkeluarga. Jadi teringat quote nya jiji (father). Onna (perempuan) akan cepat dewasa ketika mereka sudah memiliki anak. Yupz, dan itu memang bener sekali. Ketika kita merasakan betapa sulitnya ujian dan cobaan hidup, marilah kita menilik ke belakang, flashback, melihat di sekeliling jalan, bahwa masih banyak orang2 yang belum seberuntung kita. Mereka2 tetap terus berjuang, tanpa tiap detik mengeluhkan ini dan itu. Mereka bekerja bahkan lebih ikhlas dan lebih bagus dari kita terkadang. Oleh karenanya, saya mempunyai prinsip, bahwa orang menengah ke bawah, terutama orang yang tidak mampu, merupakan orang2 besar yang patut kita jadikan teladan. Merekalah guru2 besar kita, yang luput dari pandangan kedua mata kita.
Sekian dulu ya curhat nya ^^

Comments