Diary [57]
- Emas ChitoX PIMNAS 2014
- Dec 26, 2017
- 4 min read
Alhamdulillaah
Diberikan kesempatan untuk bisa update lagi. Beberapa hari yang lalu, saya dan teman2 pergi ke salah satu pusat perbelanjaan terkenal, MATOS, untuk mencari keperluan dari teman saya. Oh ya, saya request juga untuk toko yang pertama kali dikunjungi adalah Roti Boy, karena roti enak ini punya sejarah terkenang dan unik sendiri bagi saya. Dari kecil, di Tarakan, saya sering dibelikan oleh Ibu saya Roti Boy. Ketika jalan-jalan, Ibu saya selalu menawarkan saya jika saya mau membeli Roti Boy. Saya masih ingat, namanya juga masih kecil, ya saya malu-malu gitu sambil mengangguk mengiyakan tanda malu. Ketika saya terkenang dengan masa lalu itu, saya jadi lucu dan senyum sendiri, dan oleh karena itulah, di manapun dan kapanpun, ketika ada ruko Roti Boy, saya selalu membelinya. Pun begitu juga di bandara Juanda Surabaya. Hal pertama kali yang saya lakukan ketika saya mau take off dari Juanda ataupun barusan landing Juanda, maka saya menuju Vending Machine penjual kopi hangat/es kopi yang terletak di sudut dekat ruko makanan soto (apa gitu, lupa namanya, hehe), lalu menuju ke stand Roti Boy. Dulu, seingat saya, di Tarakan, harga Roti Boy masih 7k, sekarang sudah 10,5k di Jawa. Nah, kebetulan, in syaa Alloh, tanggal 28 ini, saya pulang kembali ke negeri habitat di mana saya berasal, Tarakan, setelah 4 tahun lamanya sudah tidak pulang ke Tarakan. Mungkin harganya di sana bisa mencapai 14-15k. dan rasanya pun makin berkembang, bukan hanya kopi/mocca, tapi ada rasa vanilla juga.
Daaan, setelah selesai dengan keperluan teman saya, lalu saya request untuk visit sebentar ke gramed. Mwahaha. Biasa lah, kalau urusan buku membuku, saya orangnya langsung gak sabar dan seneng banget. Saya berharap buku yang saya incar ada di gramed MATOS. Masuk gramed, langsung saya menuju ke rak2 bagian komik, saya inceng satu2, lalu berbinar mata saya karena persis di depan mata saya terpampang komik yang saya cari2, yang di tlogomas gak ada (abis kayaknya), yakni Detektif Conan part BO yang ke-3. Finally~. Bisa kesampaian juga mengoleksi yang part BO. Walaupun dari isinya sudah saya tahu semua, tapi membaca itu seakan me-refresh ingatan kembali dari A sampai Z.
Liburan natal ini saya habiskan sebagian besar untuk -->
1. menamatkan novel SH
2. menamatkan komik DC part BO ke-3
3. menghafal al-qur’an
4. melihat ceramah2 ustadz
5. membaca manga
6. melihat anime
7. nonton dorama
Hampir 24 jam waktu saya abis dengan ke-7 aktivitas itu. Gak bisa lepas dari 7 kegiatan itu, ditambah ini musim hujan, jadi siang atau sore hampir dipastikan hujan, maka lebih enak mendekam di rumah sambil melakukan kegiatan bermanfaat. Oh ya, ketambahan 1, lupa, main dota. Main dota ini pun aslinya kalau saya uda sumpek banget, biasanya main kalau ada yang ngajak, tapi kemarin2 main sendiri alias solo.
Untuk anime season fall/autumn 2017 yang sudah hampir memasuki season baru (winter 2018), sudah saya tamatkan semua. Dorama pun begitu. Yang paling bikin saya excited, ketika di hari H saya check di situs kissasian, sudah release movie Tokyo Ghoul, langsung saja dengan sigap tanpa ba-bi-bu saya download itu movie dengan kualitas 1080p. Iya donk, wajib dengan kualitas tinggi, minimal 720p, karena kualitas di bawah itu bikin mata rusak. Menunggu kira2 10-15 menit, langsung saya lihat detik itu juga. Dan my first impression, not bad la. Tidak sejelek Shingeki no Kyojin live-action yang cancer banget. Walaupun ada beberapa setting yang beda (karena disesuaikan dan diadaptasi juga), but its still worth la. Dan ketika saya searching female actress yang merankan si Touka-chan, ternyata dia cewek yang meranin di kamen rider fourze. Ooh, pantes, kayak de ja vu. Di kamen rider fourze, dia jadi wanita periang lucu, dan memang aslinya cantik. Ketika di Tokyo Ghoul jadi Touka-chan, lumayan berubah drastis, jadi badass, strong. Dan yang jadi tambahan plus nya di dorama (bagi saya), ada part scene yang memang bener2 bikin sedih, pilu, nangis, dan justru harusnya part ini yang harus ditonjolkan, diadaptasi lumayan bagus di dorama nya. Yah, not bad la. Itu yang bikin saya seneng. Bagi yang sudah liat anim nya, tentu di anim semua akan setuju FEELS nya lebih kerasa ketimbang dorama nya, hampir semua dorama seperti itu. Gak heran memang, karena di dorama dipadatkan dari 12/24 eps jadi hanya 1 movie yang durasinya 1.30-3 jam saja. Bagi saya, dorama ini worth untuk diliat, jika dicompare sama Rurouni Kenshin Samurai X sih, kalah telak jauh nya, tapi untuk kualitas, dijamin deh, trust me it works. Gak tahu lagi bagi yang belum liat anim nya lalu liat dorama ini, mungkin nganggap nya biasa2 aja atau bahkan malah gak menarik sama sekali.
Di samping Tokyo Ghoul, setelah itu release Girls in The Dark, female actress nya masih sama seperti Touka-chan di Tokyo Ghoul. Lumayan bagus (for me). Sinopsis singkat nya? Hmmm, liat aja sendiri deh, daripada tak kasih sop iler, biar penasaran. Lul. Oh ya, ada dorama 3-gatsu no Lion (March like a Lion). Saya sudah liat yang season 1, untuk season 2 doramanya masih saya simpan dengan sempurna. Ketika 2 dorama itu sudah habis saya lahap, next saya lihat 3-gatsu no Lion season 2 doramanya. Waah, ternyata di luar ekspektasi. Benar2 “sugoiii” dah pokok nya (weebs quote, lul). Mungkin akan saya bahas sendiri di lain judul
Anim juga banyak yang saya tamatkan. Di antara semua, ada yang paling menarik bagi saya, yakni Just Because. Bahasan ini dalam pikiran saya akan saya pisah jadi cerita dengan judul tersendiri, biar lebih luwes dan enak bahasnya. Nah, sampai sini dulu. Bertemu di lain waktu ^^

Comments